This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Kamis, 30 Juni 2011

Rahasia DNA




TEORI INFORMASI DAN AKHIR DARI MATERIALISME

Filsafat materialis merupakan dasar dari teori evolusi. Materialisme bersandar pada anggapan bahwa segala sesuatu yang ada adalah materi. Menurut filsafat ini, materi telah ada semenjak keabadian, akan terus ada selamanya, dan tidak ada apa pun selain materi. Untuk mendukung klaim mereka, para materialis menggunakan sebuah logika yang disebut "reduksionisme". Reduksionisme adalah gagasan bahwa benda yang tidak teramati seperti materi juga dapat dijelaskan dengan penyebab yang bersifat materi.

Untuk menjelaskan ini, mari kita ambil contoh tentang pikiran manusia. Jelas, pikiran manusia bukanlah sesuatu yang "tersentuh oleh tangan, dan terlihat oleh mata". Lebih jauh lagi, tidak ada "pusat pikiran" di dalam otak manusia. Situasi ini, tak terhindarkan membawa kita kepada kesimpulan bahwa pikiran adalah suatu konsep di luar materi. Oleh karena itu, makhluk yang kita panggil "aku", yang berpikir, mencintai, merasa gugup, khawatir, merasa senang atau sakit bukanlah bentuk materi seperti sofa, meja, atau batu.

Walaupun begitu, para materialis mengklaim bahwa pikiran adalah "reduksi dari materi". Menurut klaim materialis, pikiran, rasa cinta, kekhawatiran dan semua aktivitas mental kita tidak lain dari reaksi kimia yang berlangsung di antara atom di dalam otak kita. Rasa cinta kita kepada seseorang adalah reaksi kimia pada sejumlah sel di dalam otak kita, dan perasaan takut karena suatu peristiwa tertentu adalah reaksi kimia lainnya. Filsuf materialis terkenal, Karl Vogt menekankan logika ini dengan kata-katanya yang terkenal, "Sebagaimana hati mengeluarkan empedu, begitu pula otak kita mengeluarkan pikiran". Namun, empedu adalah materi, sedangkan tidak ada bukti bahwa pikiran adalah materi.

Reduksionisme adalah sebuah deduksi logika. Namun, deduksi logika dapat didasarkan pada landasan yang lembut sebagaimana pada landasan yang bergoncang. Karena itu, pertanyaan yang menghadang kita sementara ini adalah: Apa hasilnya jika reduksionisme, logika dasar dari materialisme, dibandingkan dengan data ilmiah?

Ilmuwan dan pemikir materialis abad ke-19 mengira bahwa pertanyaan ini dapat dijawab dengan mudah berupa "sains membenarkan reduksionisme". Namun, sains abad ke-20 mengungkapkan sebuah fakta yang sangat berbeda.

Fakta ini adalah "informasi", yang terdapat di alam dan tidak akan pernah dapat direduksi menjadi materi.

PERBEDAAN ANTARA MATERI DAN INFORMASI

Sebelumnya telah disebutkan bahwa terdapat informasi yang luar biasa komprehensif di dalam DNA makhluk hidup. Di suatu tempat yang kecilnya seperseratus ribu millimeter, terdapat semacam "bank data" yang menspesifikasi semua detail fisik dari tubuh suatu makhluk hidup. Lebih dari itu, terdapat sebuah sistem di dalam tubuh makhluk hidup yang membaca informasi ini, menerjemahkannya dan "berproduksi" sesuai dengannya. Dalam semua sel hidup, informasi di dalam DNA "dibaca" oleh berbagai enzim dan protein diproduksi menurut informasi ini. Sistem ini memungkinkan produksi jutaan protein setiap detik dengan jenis yang dibutuhkan, untuk tempat yang dibutuhkan di dalam tubuh kita. Berkat sistem ini, sel-sel mata kita yang hampir mati digantikan lagi oleh sel-sel mata, dan sel-sel darah digantikan lagi oleh sel-sel darah.

Pada titik ini, mari kita pikirkan klaim materialisme: Mungkinkah informasi di dalam DNA direduksi menjadi materi seperti dikatakan para materialis? Atau, dengan kata lain, dapatkah diterima bahwa DNA hanyalah setumpuk materi dan informasi yang dikandungnya muncul sebagai interaksi materi yang acak?


Matter which contains information is ordered by the possessor of that information. The information in DNA has been designed and created by God, the possessor of matchless intelligence.

Semua riset ilmiah, percobaan dan pengamatan yang dilakukan pada abad ke-20 menunjukkan bahwa pertanyaan ini pastilah harus dijawab dengan "tidak". Direktur dari Institut Fisika dan Teknologi Federal Jerman, Prof. Dr. Werner Gitt berkomentar tentang masalah tersebut sebagai berikut:

Sistem pengkodean selalu mengekor pada proses intelektual nonmateri. Materi fisik tidak dapat menghasilkan sebuah kode informasi. Semua percobaan menunjukkan bahwa setiap potongan informasi kreatif mewakili sebentuk upaya mental dan dapat ditelusuri sampai ke individu pemberi gagasan yang menggunakan keinginan bebasnya, dan yang diberkahi dengan pikiran yang cerdas…. Tidak ada hukum alam yang diketahui, tidak ada proses yang diketahui, tidak ada rangkaian peristiwa yang diketahui yang dapat membuat informasi bermula dengan sendirinya di dalam materi….13

Komentar Werner Gitt merupakan kesimpulan dari "Teori Informasi", yang berkembang pada 20-30 tahun terakhir dan diterima sebagai bagian dari termodinamika. Teori Informasi menyelidiki asal usul dan sifat informasi di alam semesta. Kesimpulan yang dicapai oleh para ahli teori informasi dari riset mereka yang panjang adalah bahwa "Informasi adalah sesuatu yang berbeda dari materi. Ia tidak pernah dapat direduksi menjadi materi. Asal usul informasi dan materi fisik harus diselidiki secara terpisah."

Misalnya, mari kita pikirkan sumber dari sebuah buku. Sebuah buku terbuat dari kertas, tinta, dan informasi yang dikandungnya. Kertas dan tinta adalah unsur materi. Sumber mereka adalah juga materi. Kertas terbuat dari selulose, dan tinta terbuat dari bahan kimia tertentu. Namun, informasi di dalam buku adalah nonmateri dan tidak dapat memiliki sumber materi. Sumber informasi di dalam setiap buku, adalah pikiran dari penulis yang menulis buku itu.

Lebih dari itu, pikiran ini menentukan bagaimana kertas dan tinta akan digunakan. Sebuah buku awalnya terbentuk di dalam pikiran penulis yang menulis buku itu. Penulis membangun rangkaian logika di dalam pikirannya, dan mengurutkan kalimat-kalimat. Sebagai langkah kedua, dia mewujudkannya ke dalam bentuk materi, yang berarti menuangkan informasi di dalam pikirannya ke dalam huruf-huruf dengan menggunakan sebuah mesin tik atau komputer. Kemudian, huruf-huruf ini dicetak di percetakan dan menjadi sebentuk buku yang terbuat dari kertas dan tinta.

Oleh sebab itu, kita dapat mengakhiri dengan kesimpulan umum berikut: "Jika sebuah materi fisik mengandung informasi, maka materi itu tentu telah dirancang oleh sebuah pikiran yang memiliki informasi terkait. Pertama terdapat pikiran tersebut. Pikiran tersebut menuangkan informasi di dalamnya menjadi materi dan kemudian muncullah rancangan itu."

ASAL USUL INFORMASI DI ALAM

Ketika kita mengambil kesimpulan yang dicapai oleh sains ini ke alam, kita menemukan sebuah hasil yang sangat penting. Ini karena alam, sebagaimana dalam contoh DNA, melimpah dengan bentuk informasi yang bukan main banyaknya dan karena informasi ini tidak dapat direduksi menjadi materi, karenanya ia datang dari sumber di luar materi.

Salah satu pembela teori evolusi terkemuka, George C. Williams mengakui realitas ini, yang kebanyakan materialis dan evolusionis enggan memahaminya. Williams telah mempertahankan materialisme mati-matian selama bertahun-tahun, tetapi pada sebuah artikel yang ditulisnya pada tahun 1995, dia menyatakan ketidaktepatan pendekatan materialis (reduksionis) yang berpegang bahwa segala sesuatu adalah materi:

Ahli biologi evolusioner telah gagal untuk menyadari bahwa mereka berkerja dengan dua domain yang agak tidak dapat dibandingkan: domain informasi dan domain materi. Kedua domain ini tidak pernah bisa dihimpun bersama dalam pengertian apa pun yang biasanya diimplikasikan oleh istilah "reduksionisme". Gen adalah suatu paket informasi, bukan suatu objek…. Di dalam biologi, jika Anda berbicara tentang hal-hal seperti gen dan genotipe dan kelompok gen, Anda berbicara tentang informasi, bukan realitas objektif fisik…. Kekurangan deskriptor-bersama ini menjadikan materi dan informasi dua domain keberadaan yang terpisah, yang harus dibicarakan secara terpisah, dalam istilah mereka sendiri-sendiri. 14

Oleh karena itu, berlawanan dengan anggapan para materialis, sumber informasi di alam tidaklah mungkin materi itu sendiri. Sumber informasi tersebut bukanlah materi tetapi suatu Kebijaksanaan luhur di luar materi. Kebijaksanaan ini ada sebelum materi. Materi mewujud dengan Dia. Materi mengambil bentuk dan menjadi terorganisir dengan-Nya. Pemilik Kebijaksanaan ini adalah Allah, Rabb sekalian alam.

13 Werner Gitt, In the Beginning Was Information, CLV, Bielefeld, Jerman, hlm. 107, 141
14 George C. Williams. The Third Culture: Beyond the Scientific Revolution, New York, Simon & Schuster, 1995, hlm. 42-43
Versi online dari buku-buku Harun Yahya yang telah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia sedang dalam persiapan.
Untuk sementara Anda dapat mengunjungi halaman Download untuk mendownload versi teks atau pdf yang tersedia dari buku-buku

DP

Benih-benih ateis adalah malas beribadah... hihihi ^_^
23 jam yang lalu · · ·
  • 50 dari 76
    • Shinta Miranda yg kumangsud: doa adalah dialog, dimana interaksinya ? ada pada bacaan kitab suci, itu yg dipahami sebagai sabdaNya...dimana interaksinya? pada setiap wajah yg kita jumpai, karena mereka adalah citraNya...
      22 jam yang lalu ·
    • Zia Muthi Amrullah Wei Yank , jika anda mengikuti komen-komen sebelumnya, pasti sejalan dengan anda terkait terminologi ibadah. dan perlu diperjelas, status saya tertulis "malas ibadah" bukan yang lain. :)
      22 jam yang lalu ·
    • Angela Rachman ya ya ya... tujuannya?
      22 jam yang lalu · · 1 orang
    • Septia Ellen ibadah adalah kehidupan sehari2...
      22 jam yang lalu · · 3 orang
    • Shinta Miranda that's the point, Septia Ellen - right !
      22 jam yang lalu ·
    • Zia Muthi Amrullah Septia Ellen right !
      21 jam yang lalu ·
    • Zia Muthi Amrullah Shinta Miranda , memang yang kita inginkan tidak semua bisa terwujud, sebagaimana keinginan anda... :(
      21 jam yang lalu ·
    • John de Santo
      Shinta Miranda: sekedar ikut nimbrung, dialoq (harafiah Latin: duos loquere) jadi ada interaksi (bicara, dengarkan). Jadi, apakah dalam doa ada dialoq? Mboh.., kecuali dialoq yang ibu maksudkan dipahami sebagai metafora. Itu yang saya alami selama ini, karena ketika membaca tulisan-tulisan suci, aku tak pernah berdialoq dengan yang mahasuci, tetapi mengiterpretasi dan memaknai atas dayaku sendiri, termasuk melihat wajah Tuhan dalam diri sesama.
      21 jam yang lalu · · 1 orang
    • Theodore Manthovani teman saya yang rajin ibadah malah jadi ateis, aneh.
      21 jam yang lalu ·
    • Angela Rachman
      disitulah perbedaan antara memilih untuk beragama dan tidak. buat saya pribadi, kehidupan sehari2 adalah menikmati hidup itu sendiri. melihat wajah orang2 yg saya cintai dan tertawa bersama mereka. melukis dan menggambar. masak sesuatu yg enak dan makan yg kenyang. dan kalo saya ingin bersyukur dan berterima kasih? saya akan melayangkan rasa bersyukur itu ke keluarga saya yang jaaaaauh lebih berjasa dalam menjadikan hari2 saya daripada ke mahluk seprti tuhan.
      21 jam yang lalu · · 1 orang
    • Shinta Miranda maka sebab dari itu....teori, filosofi, adi kodrati, and so on and so on..membuat sublimasi saja...he he he
      21 jam yang lalu ·
    • Zia Muthi Amrullah Theodore Manthovani , memang banyak faktor, teman anda mungkin jenuh dan lelah, ketika agamanya tak kunjung mengakomodasi harapan-harapannya.
      21 jam yang lalu ·
    • Zia Muthi Amrullah Angela Rachman , saya menghormati pilihan anda...tapi saya lebih memilih bersyukur pada keluarga yang berjasa, dan bersyukur pada Tuhan yang sangat berjasa menyebabkan keluarga saya. pasti ada sosok yang Sempurna yang menciptakan dunia yang penuh dengan kompleksitas, keteraturan, pergerakan, dan perubahan. :)
      21 jam yang lalu ·
    • Septia Ellen saya punya teman yg memang dari kecil gak pernah diajari atau dibiasakan akan ritual penyembahan terhadap apa pun...di negaranya gak penting agama dicantumkan di identitas dan dokumen2 pribadi......
      21 jam yang lalu · · 1 orang
    • Zia Muthi Amrullah Shinta Miranda , oh jadi ga percaya teori...ouhh..ya ya ya. ^_^
      21 jam yang lalu ·
    • Zia Muthi Amrullah Septia Ellen , wah ini kasusnya berbeda, bukan kemalasan, tapi lagi-lagi ketidaktahuan.. :(
      21 jam yang lalu ·
    • Shinta Miranda aku pikir, itu bukan ketidak tahuan, justru karena mereka banyak tahu...:-)
      21 jam yang lalu ·
    • Septia Ellen dan pentingkah itu? saya rasa nggak penting banget mengetahui agama seseorang atau apakah orang itu melakukan ritual2 tertentu...teman saya orang yg berbahagia dengan kehidupannya...melakukan apa yg harus dilakukan dengan sungguh2..menolong saya dalam tugas waktu sama2 ikutan summer course...
      21 jam yang lalu · · 1 orang
    • Wei Yank berarti malas ibadah itu artinya benih2 PEMALAS,bukan benih2 ateis donk..
      :p
      21 jam yang lalu · · 3 orang
    • Dian Puspita Sari Malas beribadah karena sudah pernah beribadah jadi jangan terlalu sering. Heheheehheehe
      21 jam yang lalu · · 1 orang
    • Zia Muthi Amrullah Septia Ellen , penting tidaknya itu pilihan. jadi tak usah diambil pusing. :)
      20 jam yang lalu ·
    • Zia Muthi Amrullah Shinta Miranda , saya kan hanya mengulas fakta dari Septia Ellen , yang tidak diajari pasti tidak tahu. seandainya mereka tahu, berarti pilihan. :D
      20 jam yang lalu ·
    • Zia Muthi Amrullah Dian Puspita Sari ,gak melu-melu aku.. hehehe
      20 jam yang lalu ·
    • Dian Puspita Sari Iya beress ntar Tuhan kuaturnya Zia Muthi Amrullah tidak usah melu - melu. hehehehe
      20 jam yang lalu ·
    • Theodore Manthovani justru jawaban wei yank itu paling tepat imho.
      20 jam yang lalu · · 1 orang
    • Zia Muthi Amrullah jangan salah loh, banyak kaum ateis selain awalnya malas ibadah, tapi rajin bekerja.. ^_^
      20 jam yang lalu · · 1 orang
    • Theodore Manthovani fokusnya kan malas sebagai bibit. kalau malas sudah jadi hasil, ya bukan lagi bibit. sama seperti sesuatu yg dibilang menjadi bibit atheis, berarti saat dikatakan bibit, belum atheis.
      20 jam yang lalu · · 2 orang
    • Juned Topan Maaf,ini statement Allah dalam alquran.."tidak aku ciptakan jin dan manusia,kecuali untk beribadah kepadaku".. menegakkan jati diri kemanusiaan di muka bumi itulah yg di tawarkan agama,terserah kita,mau memilh mengikuti aturannya atau mengingkari kebenarannya.
      20 jam yang lalu · · 1 orang
    • Zia Muthi Amrullah Theodore Manthovani dan Juned Topan, right !!
      20 jam yang lalu ·
    • Theodore Manthovani tapi kalau menegakkan jati dirinya adalah untuk beribadah kepada allah sih aku tidak merasa begitu. aku beribadah pada jeus XD beda pabrikan kali ya.
      20 jam yang lalu ·
    • Juned Topan
      sejarah agama agama di dunia telah mmencatat adanya manipulasi terhadap kemurnian ajaran agama yg di sampaikan para nabi oleh orang orang yg ketakutan otoritas wilayah diri rendahnya terganggu ketika kebenaran di ungkapkan.. parai raja tdk rela jika rakyatnya harus mengetahui bahwa ada raja di raja iatas dirinya.. para pembesar tak rela adanya persamaan hak.. Berapa banyak nabi di utus,berapa pula yg mati terbunuh,berapa kitab di turunkan,berapa yg telah di sembunyikan dan manipulasi isinya demi kelanggenan kekuasaan.. tidak seharusnya kita terus bertengkar atas nama cinta dan kebenaran.. kenapa tidak kita konsepsikan dgn tegas apa itu kemanusiaan dan apa itu hati nurani yg sering kalian sebut sebut.. bukankah kebaikan itu sendiri relativ bentuknya dan sifatnya.
      20 jam yang lalu ·
    • Fajar Kelana Agama adalah benih ateisme.
      19 jam yang lalu ·
    • Juned Topan
      Allah hanyalah sebuah nama dgn sifat sifatnya yg sangat mulia.. Dia tunggal,tidk beranak dan tidk pula di peranakkan,absolute kekuasaannya,sangat lembut kasih sayangnya,tidak pernah tidur sesaatpun,mencipta menjaga menggerkkan sekaligus men...Lihat Selengkapnya
      19 jam yang lalu ·
    • Bramantyo Prijosusilo Mulia, kekuasaan, kasih sayang, tidur, saat dan sebagainya, adalah konsep-konsep manusia. Melukiskan Allah menggunakan konsep manusia, tentunya menyalahi konsep manusia tentang Allah itu sendiri.
      19 jam yang lalu · · 1 orang
    • Juned Topan
      makanya sejak dari dulu antara saint yg menuhankan akal rasional dan agama yg menawarkan jalan lurus untuk kembali pada hati nurani yg merupakan refleksi dari jati diri kemanusia yg ada pada tiap tiap orang tidak pernah ketemu,karna saints hanya menjangkau realitas obyek yg sanggup di urai logika melalui riset,sementara agam mutlak harus meyakini yg transenden,yg tidak menyerupai bentuk apapun yg ada di jagat raya ini,jadi sulit di narasikan,juga sulit di kodevikasikan,karna ini menyangkut ranah keimanan,
      18 jam yang lalu ·
    • Bramantyo Prijosusilo Sains dan agama tidak ketemu karena tidak saling mencari ... Dua-duanya berbeda. Agama itu sistem kepercayaan, isinya adalah jawaban, sedangkan sains adalah sistem untuk mengerti, isinya pertanyaan. Sains menganjurkan ragu, agama menganjurkan yakin.
      18 jam yang lalu · · 2 orang
    • Dommy Waas Buat sy 'yakin' itu juga berproses, ga asal yakin dan taat buta. :)
      18 jam yang lalu ·
    • Bramantyo Prijosusilo Dalam yakin seperti yang diminta agama, harus ada lompatan butanya. Gak ada bukti adanya Tuhan, kitab suci, Nabi, sorga - neraka ... kalau mau urusan dengan hal-hal itu harus percaya dulu, setelah percaya, melakukan lompatan iman meninggalkan rasio, maka bisa mengalami.
      18 jam yang lalu · · 1 orang
    • Dommy Waas Maksud sy, beriman/berkeyakinan itu buat sy tidak berarti murni tanpa pengetahuan (apalagi zaman sekarang). Ada hal2 yg memang kita harus percaya dulu, tapi tetap harus diuji/dikomunikasikan dengan pengetahuan. Yang tak terjawab saat ini dalam agama, bukan berarti tidak ada jawaban, tapi ada masanya. Kalaupun kita tak menemukannya, toh kita bukan Maha Tahu. Ini sih pandangan sy.
      18 jam yang lalu ·
    • Juned Topan ayat ayat tuhan tdk cuma ada di dalam kitab suci,tetapi memenuhi semesta jagat raya,kita di suruh memikirkan dan mentafakuri setiap peristiwa alm yg timbul dalam rangka untuk meningkatkan keyakinah terhadap yg transendents,yaitu pencipta penggerak sekaligus pengendali semesta jagat raya ini.
      18 jam yang lalu · · 1 orang
    • Dommy Waas Kalau Tuhan cuma dikenal lewat sekumpulan teks saja, lalu buat apa diciptakan semesta alam ini? :)
      18 jam yang lalu ·
    • Juned Topan dan Allah meninggikan beberapa derajat bagi orang orang yg berpengetahuan,dan sebaik baik ilmu adalah ilmu tauhid.
      18 jam yang lalu ·
    • Bramantyo Prijosusilo Pernyataan 'sebaik-baik ilmu adalah ilmu tauhid' itu dari mana, dan kapan? Baik di situ mangsudnya apa? Bukankah itu klise saja yang diulang-ulang hingga hilang maknanya. Apa mangsudnya? Dibandingkan ilmu pertanian, misalnya ... pertanian bisa ngasih makan semua orang di bumi ini, apakah tauhid bisa? Nah, jadi sebaik-baik di situ perlu penjelasan sebab secara akal sehat, pernyataan itu arogansi saja.
      17 jam yang lalu · · 1 orang
    • Horas Halihi Raja tujuan beribadah apa sih?
      17 jam yang lalu ·
    • Bramantyo Prijosusilo kalo ngeliyak orang di Endhonesha tujuan beribadah adalah supaya gak digunjingin orang.
      17 jam yang lalu · · 3 orang
    • Dian Puspita Sari ‎@ Horas Halih Raja : Tujuan sy beribadah buat cuci. Cuci hati, cuci telinga, yang paling utama adalah Cuci mata. :-D
      6 jam yang lalu · · 1 orang
    • Albert Liang benih2 ateisme adalah tidak adanya bukti keberadaan tuhan.

      malas beribadah, ngapain juga beribadah kalau tuhan ga ada? aneh aja...
      5 jam yang lalu · · 3 orang
    • Monique Forrester Mbak Zia, benih2 Ateisme adalah pertanyaan tentang eksistensi Tuhan yang dicetuskan oleh mereka2 yang dulunya rajin beribadah.
      sekitar sejam yang lalu · · 1 orang
    • Zia Muthi Amrullah Kalo mengikuti komen-komen sebelumnya, akan sejalan dengan komen anda, bahwa banyak benih untuk menjadikan seseorang ateis, salah satunya seperti yang anda paparkan dan "malas ibadah".. :D
      sekitar sejam yang lalu · · 1 orang
    • Septia Ellen Sejauh ini, yg paling saya stujui @Albert Liang punya pendapat, apalagi kalu pemahaman tentang ibadah sudah sampai pada : Ibadah adalah kehidupan sehari2...dan ibadah bukanlah sekedar ritual...
      sekitar sejam yang lalu ·

copyrigt; Juned Topan.. Diberdayakan oleh Blogger.