Jumat, 24 Agustus 2012

Islam Esoteris

Islam Esoteris

  SELASA, 16 AGUSTUS 2011

  1. Islam Esoteris

  Pengertian kata esoteris berasal dari bahasa Inggris, "esoteric", 
  yang berarti hanya diketahui dan dipahami oleh beberapa orang 
  tertentu saja. Dalam perkembangan selanjutnya, kata esoteris berarti 
  aspek dalam batin, hakikat, inti atau substansi, sebagai lawan dari 
  aspek luar, aspek lahir, aspek syariat, dan aspek materi. Maka yang 
  dimaksud dengan Islam Esoteris adalah ajaran agama Islam yang 
  menekankan kajian pada aspek batin yang merupakan inti dari agama. 
  Aspek batin ini meliputi tujuan dari beragama, yaitu mencapai 
  kehidupan yang sejahtera, selamat, dan sentosa dengan jalan 
  membersihkan dan mendekatkan diri kepada Allah. Ajaran Islam 
  Esoteris tidak mempermasalahkan segi-segi simbol atau bahasa yang 
  dianut oleh agama lain, dan juga tidak memperdebatkan perbedaan 
  dalam cara-cara atau syariat untuk mencapai tujuan (hakikat). Namun 
  demikian, Islam Esoteris tidak berarti meremehkan atau tidak 
  menganggap penting syariat.

  Pemahaman esoterisme mengakui pentingnya syariat, simbol, atau 
  bahasa agama sebagai bingkai dalam perjalanan waktu menuju kebenaran 
  hakiki. Tetapi karena jalan itu mendapat pengesahannya dari nurani, 
  maka dalam perilaku keagamaan, dimensi esoteris itu juga harus 
  dipandang sebagai bagian doktrin agama yang bersifat mutlak, 
  walaupun kemutlakkannya masih dalam taraf relatif.

  Akhirnya masing-masing penganut agama tertentu harus meyakini bahwa 
  agama yang dianutnya adalah benar secara mutlak, tanpa harus 
  menafikkan kemutlakkan kebenaran agama yang dianutnya. Namun, 
  bersamaan dengan keyakinan itu, juga memberikan kemungkinan bagi 
  orang lain yang menganut agama yang berbeda untuk memutlakkan agama 
  yang dianutnya. (Kamarudidn Hidayat dan Muhammad Wahyunya Nifas:14)

  Latar Belakang Timbulnya Islam Esoteris

  Ada empat sebab timbulnya Islam Esoteris.

  1. Muncul sebagai reaksi sebagian besar umat Islam, yang mengamalkan 
  ajaran agamanya dan hanya terhenti pada pengalaman syariat dari segi 
  lahiriahnya saja sesuai ketentuan ilmu fiqih. Syariat, rukun, dan 
  tata cara salat yang sesungguhnya sebagaimana diatur dalam fiqih, 
  misalnya, dipelajari dan diamalkan secara saksama. Namun, hikmat, 
  hakikat, dan makna salat tersebut belum dipahami. Mereka sudah 
  menganggap cukup apabila kewajiban melaksanakan salat tersebut telah 
  terpenuhi, dan tidak berkewajiban terhadap kepekaan sosial serta 
  pengendalian diri terhadap orang lain.

  2. Timbul sebagai reaksi kehidupan masyarakat modern yang hanya 
  mementingkan segi lahiriah material, yang tidak pernah merasa puas. 
  Namun dalam kenyataannya, kehidupan cinta kasih, rindu kedamaian, 
  dan persaudaraan tidak dapat dijawab dengan materi, sehingga mereka 
  akhirnya lari pada pelampiasan yang bersifat sementara seperti: 
  mabuk, narkoba, seks bebas, pergi ke diskotik/kafe, dan sebagainya.

  3. Sebagai upaya untuk mencapai titik temu antara pemeluk agama yang 
  berbeda karena perasaan superioritas masing-masing pemeluk agama 
  yang berbeda, atau penganut aliran dalam satu agama. Contoh, 
  penganut teologi Mu'tazilah sering berseteru dengan penganut teologi 
  Asy'ariyah, atau antara Sunni dengan kaum Shiah, padahal mereka 
  sama-sama berada dalam agama Islam. Islam Esoteris memandang bentuk-
  bentuk (dari agama apa pun) sebagai keistimewaan tersendiri yang 
  harus dihormati, dan pluralitas agama ialah sejalan dengan kehendak 
  ilahi.

  4. Timbul sebagai jalan dialog yang didasarkan pada ketulusan, 
  spontanitas, lepas, pikiran yang terbuka, dan kebersamaan 
  antarpenganut agama. Melalui dialog, akan tercipta suasana kehidupan 
  yang berdampingan, saling memberi manfaat, dan saling menolong 
  antara penganut agama. Dengan demikian, orang-orang yang ingin 
  memecah bangsa melalui pendekatan agama tidak akan berhasil, karena 
  masing-masing tidak menganggap pemeluk agama yang lain sebagai 
  musuh, tetapi sebagai mitra.

  Paham Islam Esoteris ini muncul pada era postmodern dan dikembangkan 
  oleh kalangan cendekiawan Indonesia, seperti: Prof. DR. H.M. Quraish 
  Shihab, Dr. Alwi Shihab, Soetjipto Wirosardjono, Dr. Komaruddin 
  Hidayat, Anad Krishna, Ahmad Chodjim.


  2. Kesaksian dari Turki

  Seorang wanita muda dari latar belakang Muslim yang taat, sekarang 
  menjadi pengikut Isa Almasih. Saudara laki-lakinya mendengar tentang 
  hal ini dan yakin bahwa adiknya akan segera kembali ke Islam. Ketika 
  saudaranya mengetahui bahwa adiknya ternyata tidak mau, dia memaksa 
  adiknya kembali mengatakan dua kalimat syahadat Islam dan kembali 
  kepada imannya. Adik perempuannya menolak, lalu sang kakak mengambil 
  sebuah besi panjang dan mengancam akan membunuh adiknya itu. 
  Keluarga mereka berusaha menghentikannya, sang ibu membujuk anak 
  perempuannya untuk kembali mengatakan syahadat. Akhirnya dia 
  melakukan, namun sangat menyesal setelah itu. Ketika dia bercerita 
  tentang kepedihannya kepada seorang Turki Kristen lainnya, temannya 
  itu menjelaskan kepadanya bahwa Rasul Petrus juga pernah menyangkal 
  Yesus, lalu bertobat dan dipulihkan. Dia juga mendapatkan pengalaman 
  dalam kasih karunia yang sama dan berkata, "Saya tidak akan pernah 
  menyangkal Tuhan lagi."

  Seorang percaya baru yang sudah dibaptis dan baru saja keluar dari 
  penjara, sedang dalam kebimbangan karena pertanyaan seseorang 
  kepadanya mengenai keakuratan mengenai Perjanjian Baru. Dia 
  bercerita bahwa dalam kebingungannya, dia tidur dengan Alkitab di 
  sebelah ranjangnya. Pada tengah malam, ia dibangunkan oleh seseorang 
  yang menunjuk Alkitab yang berada di sampingnya itu dan berkata, 
  "Jangan takut. Bacalah kitab-Ku, Aku besertamu senantiasa." Di 
  kemudian waktu, orang percaya ini baru menyadari bahwa yang 
  berbicara kepadanya malam itu adalah Yesus sendiri, sehingga imannya 
  dikuatkan.

  Sebuah keluarga sangat terbeban untuk Sait, salah seorang keluarga 
  mereka yang berumur 40 tahun, mengalami ketergangguan mental dan 
  sering berkeliaran di jalan-jalan kota mereka. Dalam usaha untuk 
  menolongnya, keluarga itu menyewa sebuah mobil dan membawa Sait ke 
  sebuah persekutuan orang percaya di kota yang lebih besar dari kota 
  mereka, yang dipimpin oleh seorang gembala jemaat Turki bernama Ali. 
  Saat itu Sait dalam keadaan yang sangat kotor, jenggot panjangnya 
  tak terawat, celananya penuh dengan noda oleh air kencing, dan kuku 
  yang panjang. Dia tidak dapat berbicara dan juga dalam keadaan yang 
  tidak waras. Keluarganya bertanya kepada Ali apakah dia dapat 
  menolongnya. Ali menjawab, "Yesus sanggup, tapi kamu harus percaya 
  bahwa Dia sanggup." Mereka berkata, "Jika kami tidak percaya Dia 
  sanggup menolong, apakah kami akan menempuh perjalanan selama lima 
  jam untuk bertemu dengan Anda?" Ini merupakan jawaban yang cukup 
  baik menurut Ali, dan dia menemui pria berjenggot itu, memeluk dia, 
  dan berdoa baginya. Kemudian Sait mengejutkan mereka dengan bersikap 
  waras dan berbicara untuk pertama kalinya dalam lima tahun itu! 
  Seminggu kemudian, Ali dan orang-orang percaya itu menerima telepon 
  dari keluarga tersebut, yang mengabarkan bahwa Sait sekarang sudah 
  bersih, makan dengan baik, tidak lagi berkeliaran di jalan-jalan, 
  dan dalam keadaan waras.

0 komentar:

Posting Komentar

copyrigt; Juned Topan.. Diberdayakan oleh Blogger.